Selasa, 31 Juli 2012

Gardening

Ini adalah proyek batuku. ya, berkebun. ada 4 jenis tanaman yang semoga aja tumbuh subur di pekarangan belakang rumahku. ada bunga matahari 2, jamia, bayam merah, dan bunga borage.
aku nanam ini dibantu sama ayah. maklum baru pertama. main tanah itu ternyata menyenangkan juga lo.  harus nunggu waktu sampe 3 bulan untuk bisa bikinin essay tentang tanaman oraganik ini. yang jelas, udah gag sabar banget pengen liat mereka semua tumbuh subur. cepet besar ya Sayang...:)

Selasa, 24 Juli 2012

Notes on midnight


you never even held my hand like it
and now, what I see is painful
nothing I could say to you
in addition, wish you happy...

entahlah, kata-kata itu seketika muncul saat melihat gambar menyakitkan seperti tadi. tidak begitu menyakitkan memang sekarang, karena waktu telah mengajarkanku untuk rela. hanya saja aku selalu menyesali mengapa seperti itu. aku hanya menyesali mengapa dia tega seperti itu..

Kamis, 19 Juli 2012

Back In Time


The light that is fading in the clouds
Falling at the window is too noisy
The cooling memory is just like the sound of the rainwater
Capture my heart, refuse to leave

That increasingly strong
Lock in the nostalgia
Couldn’t I step back in time
Back to the time when you give me a hug
Everything now doesn’t matter

I follow the tortuous path that is wet
Look back at our memories together

embun_the moon


Dirimu meninggalkanku
Saat ku benar-benar mencintaimu
Jejakmu yang semakin menjauh
Saat hatiku luluh karenamu

Seharusnya kau ada di sini
Saatku menangis
Semestinya kau memelukku
Saat aku ringkih

Sadarkah engkau bagaikan embun pagi
Yang sejukkan mataku
Engkau adalah resah gelisahku

Ribuan janji kau luapkan padaku
Berjuta kata cinta kau tanam di harapku

Akankah engkau kan datang menjamah belai rambutku
Engkau adalah bayangan diriku

Kamis, 12 Juli 2012

Surat untuk seorang 'teman sejati

Dear: untuk seorang 'teman' sejati
Ada banyak hal yang tidak akan pernah laki-laki mengerti akan bagaimana pikiran wanita itu bekerja. hal-hel kecil yang sering terlewatkan oleh mereka tapi tidak untuk kita.. seperti hari ini. aku terjebak (lagi) ke dalam hal yang ia pikir remeh, tapi sulit jika diposisiku.
canggung rasanya menulis setiap rentetan kata ini. hanya saja aku merasa tak pantas merasa seperti ini. bersalah dan sakit yang terlalu berlebihan. kau tau pasti apa maksudku dan kurasa kita sudah cukup besar untuk membicarakan ini.
kumohon, jangan lagi perlakukan aku seperti kemarin, aku takut membaca semua kemungkinan yang kau ucapkan. apa kau bilang, tentang kemungkinan 'jatuh hati padaku'? tolong jangan katakan lagi, sebelum aku terlanjur salah mengartikan semua ini. aku kenal kamu, atau jika itu terlalu berlebihan, bagaimana kalau aku merasa aku mengenal kamu labih dari yang kamu tahu. biar aku luruskan dan jelaskan maksudku disini:
sahabatku, percaya aku sekali ini saja. itu sama sekali bukan 'jatuh hati'. mungkin kau hanya merasa sepi? apa aku benar? jika bukan seperti itu, mungkin kau hanya sedang merasa ditinggalkan? apapun itu, yang kau rasakan itu jelas bukan 'jatuh hati' padaku. mungkin kau hanya sedang membutuhkan aku untuk mendengarkanmu. bicara saja, aku siap mendengar semua ceritamu. tapi tolong sekali lagi, jangan pernah katakan kau mungkin 'jatuh hati' padaku.
biar kuberitau, jujur saja hati wanita (tentu termasuk aku) sangat riskan dengan kata seperti itu. jangan buat aku berpikir yang kau katakan itu nyata, karena aku tau itu bukan nyata. dan malam ini sepertinya aku benar. itu bukan 'jatuh hati', api kau hanya sedang membutuhkan aku untuk mendengar dan temani kamu. Bahagialah teman, karna hanya dengan melihat kebahagian itu saja sudah cukup membuat aku merasa berarti sebagai seorang 'sahabat'...:)
sincerely
Aku, teman yang menyayangimu

Curhat bentar

Night World..
capek si sebenernya ngeluh. Tapi sumpah hari ini aku pengen banget cerita sesuatu yang sebenernya sih pengen banget sku bagi ke dia. apaboleh buatlah, dia gag ada buat ngedengerin aku malam ini (gag apa-apa)..:)
pengen nangis sekenceng-kencengnya tapi aku udah janji gag akan cengeng lagi (UDAH GEDE). tadi pagi dengan sangat terpaksa datang sekolah dengan muka ditekuk berharap ada malaikat datang kasi dikit lelucon buat tawa pagi. TAAARAAAA,, apa yang aku dapat pagi ini? semua temenku berubah drastis. ya tapi mungkin cuma perasaan aku aja sih, tapi juga,, itu yang aku rasa. semua yang bisa aku rengkuh sekarang pergi.. kelas rame emang tapi rasanya AKU CUMA SENDIRI! sadar sih, aku gag bisa salahin mereka semua, mereka berhak atas hidup mereka masing-masing, termasuk hari ini.

Selasa, 10 Juli 2012

Kisah dalam Cerita


Bumi itu aku
Matahari itu kisahku
Panas tapi bercahaya
Aku percaya
Bersama planet dari galaxi ini
Revolusi ini bukan mimpi
Aku tidak takut

            Berjalan bersama keluarga yang utuh membuat langkah gadis kecil itu begitu lepas, nyaris seperti terbang. Di ujung sana, duduk perempuan dan laki-laki tua. Masih sibuk dengan isaran TV nya.
            “Ape aci[1], Enik[2]!” ungkapnya sambil berlari kecil.
            “Hime!”
Θ
            Sapuan angin senja menenangkan siapa saja yang duduk di sana. Termasuk remaja dengan rambut panjang terurai yang duduk di kursi hijau itu. Tatapannya kosong pada hamparan luas sawah di balik pagar besi. Raganya di sini, tidak begitu dengan pikirannya. Mata cantiknya nyaris tidak berkedip. Sulit dipercaya, gadis 16 tahun itu sempat tersenyum.
            “Menyedihkan!” ucapnya lirih kemudian bangkit dari kedudukannya. Hanya berdiri diam, tak menunggu siapapun. Cahaya senja membuat kulit putihnya merona semakin indah. Lamunan akan peristiwa tujuh tahun silam masih mendominasi pikirannya. Mukanya terlihat sangat kacau. Sesekali juga tersenyum sinis pada bayang semu disekitarnya.
            “Hime!” suara perempuan berteriak asalnya dari dalam rumah yang tak terlalu besar itu. Jelas sekali sedang memanggil remaja yang sedang birdiri tegap dihadapan senja.
            “Dea[3]!” jawab hime pada suara yang sudah tidak asing baginya. Suara yang menemaninya lebih dari 16 tahun ini.
            “Masuk cepat, sebentar lagi magrib. Tidak baik jam segini di luar rumah.”
            “Dea, Ibu. Ini Hime masuk.” Seperti berat untuk beranjak tapi harus, ia berjalan menuju pintu bercat biru di ujung sana.
Θ
            Hari ini sangat melelahkan. Matahri bersinar garang. Hime hanya mampu menghempaskan diri di sofa panjang dekat TV. Tulang-tulangnya hamper remuk karena harus naik turun tangga berulangkali saat di sekolah tadi. Lega rasanya dapat meregangkan otot sejenak, kantuk pun perlahan menemani. Jam 2 siang, ini memang waktunya untuk tidur.
            “Hime….Hime….!” suara kecil it membuat langkah kakinya tersendat. Dengan sedikit hembusan nafas pasrah, Hime berjalan menuju kamae utama.
            “Dea, Nik. Kenapa?” tanya Hime sopan.
            “Enik mau ke kamar mandi!” jawab wanita tua di ujung kasur.
            Hime langsung mengambil kursi roda di pojokan kamar. Mengarahkannya pada wanita tua tadi, ibu dari ayahnya. Setelah nenek tadi sempurna telah duduk di kursi roda, dengan segera ia antarkan ke kamar mandi. Yah, inilah bagian dari rutinitasnya 6 bulan terakhir ini. Semenjak neneknya jatuh dan mengalami pergeseran tulang pada kaki kanannya, Himelah yang menjadi salah satu kaki bagi neneknya. Mungkin lebih tepatnya lagi Ayah, Ibu, Hime dan adiknya adalah kaki yang sempurna untuk wanita tua itu.
            Setelah mengeluarkan neneknya dari kamar mandi, Hime berlari kecil menuju kamarnya. Merebahkan diri dan ingin segera terlelap. Sore ini ada pelajaran tambahan di sekolahnya.

Satu setengah jam kenudian
            Hime bangun dengan raut muka cemas. Satu etengah jam telah ia habiskan dalam dunia bawah sadarnya. Ia bergegas bangun dan mandi. Tak ada banyak waktu untuk dapat datang tepat jam empat ke sekolahnya.
            “Akh, Sial!” umpat Hime dalam hati.
            Setelaqah berganti baju, Hime sehera membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Sore ini Hime persis seperti Ayam yang kehilangan induknya. Bingung sendiri.
            “Ayah, Hime pergi dulu.” Pamit Hime padi laki-laki paling disayanginya.
            “Hime mau kemana buru-buru begitu?” tanya sang ayah.
            “Ini ada pelajaran tambahan di sekolah. Hime pergi dulu ya, Yah. Takutnya nanti telat.” Pamit Hime sembari mencium tangan ayahnya kemudian berlalu pergi.
Θ
           
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog. Copyrights 2011.