Kamis, 28 Juli 2011

Penikmat Senja

aku,...
wanita penikmat senja yang terdampar
terhempas ombak terhantam karang
yang menikmati keindahan dalam pedih

aku...
cinta yang hilang tak punya jiwa
untuk mati, musnah dan kekal
pemilik takdir yang kosong

Selasa, 12 Juli 2011

Kehendak dan Takdir (II)


            
            Anton sebenarnya menyadari bahwa Anjar adalah anak yang baik. Hanya keadaan  yang kurang tepat sehingga membuatnya menjadi anak yang tak mau peduli pada sekitarnya. Anton yakin, jika ia mampu membuat Anjar menyadari kalau tidak terlalu buruk jika ia mau peduli pada anggapan orang lain. Singkatnya, takkan merugikan kehidupannya.
            Di lain keadaan, Anjar bersiap-siap pergi ke tempat Anton. Seperti biasa, dengan pakaian semrawut. Anjar keluar rumah dan menunggu taxi yang sudah ia pesan daritadi di depan gerbang rumah Anron. Mukanya masih terlihat begitu kusut, tatapan mata kosong sampai-sampai ia tak sadar taxi yang ia pesan sudah ada di hadapannya.
            “Ke alamat ini, Pak!” Anjar menyerahkan secarik kertas yang diberi Anton tadi pagi pada supir taxi kemudian naik ke dalamnya.
            Seminggu yang lalu Anjar masih merasa dirinya singa yang hendak memakan seonggok daging, kini telah menjadi seonggok daging yang hendak dimakan singa. Memalukan sekali baginya jka orang-orang yang pernah ia remehkan mengetahui bahwa ia telah benar-benar tak berdaya sekarang, ia pun tak mau mereka semua tahu.
            “Masih lama ya sampainya, Pak?” tanya Anjar oada supir taxi yang ia naiki.
            “Palingan 5 menit lagi sampai, Mas.” Jawab supir taxi itu.
            Waktu berjalan begitu membosankan. Sampai akhirnya Anjar sampai juga di rumah sakit tempat Anton, pamannya kerja. Ini pertama kalinya Anjar menginjakan kaki di sebuah rumah sakit padahal ia tak sakit sama sekali. Aneh sekali bagi Anjar, semua yang dialaminya sejak tinggal di rumah Anton.
            Anjar terus saja mengikuti kemana kakinya melangkah. Meja resepsionis, di sana Anjar menanyakan ruangan Anton bekerja.
          

Kehendak dan Takdir


Hidupnya kosong tanpa kata-kata kotor itu. Memaki, memukul, ataupun membuat jengkel mereka yang dianggap menyebalkan seperti sudah menjadi rutinitas, haram ia tinggalkan. Mungkin semua itu sah dipilih menjadi alasan bagi Asrama Anak Nakal untuk menendangnya jauh-jauh dari tempat itu, dan menjadi sebuah catatan besar,  pada sebuah realita mereka telah mengibarkan bendera putih untuk menjinakan seorang remaja nakal yang sepertinya terlahir memang bukan untuk dijinakan.
Anjar sudah bosan bahkan tampaknya kebal dengan semua kontra yang disampaikan atas sikap badungnya. Ibu Anjar hanya punya satu cara, setidaknya ini cara terakhir yang menjadi pilihan untuk mengirimkan Anjar pada pamannya di luar kota. jika ia dipisahkan dari teman-teman sesama badung, mungkin ia akan sedikit demi sedikit merubah sikap tak acuhnya, pikir ibu Anjar. Semoga.

Sabtu, 09 Juli 2011

Aku dan Hari Ini

Sebutan apa yang tepat untuk hari ini. maksudku bukan senin sampai sabtu, terlebih tentang hari yang indah atau hari yang galau. jika dilihat dari tulisan-tulisan yang kugores hari ini, bisa di bilang ini hari yang galau. Ya Allah.... aku benar-benar menyedihkan hari ini. muka kusut, hati kalut, wajah cmberut, duniaku hari ini sungguh penuh kemelut. apa ada kata lain selain menyedihkan untuk menggambarkan kondisiku hari ini. jika ada beritahu aku. biar aku tambahkan kata itu dalam kamus deritaku.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog. Copyrights 2011.